SEJARAH Vespa Kongo masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal
Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta
yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra
Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja. Note: Bukan importir atau
distributor eksklusif).
VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada
kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo
saat itu. Pasukan bernama Kontingen Garuda (disingkat KONGA atau Pasukan
Garuda) yang turut diperhitungkan di dunia dibandingkan pasukan
perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia
yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia
mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan
penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar
negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang
mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI
waktu itu yaitu Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab,
Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum
internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak
pada April 1960.
Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan
Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung
keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara
Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau
KONGA I.
KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah
pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.
KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah
pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan
Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur,
bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah
berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire)
pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda
menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa
Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan
beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo
tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1
juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat.
Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut
tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal
kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang
lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan
biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu
tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi
sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan
kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka
berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa
dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa
Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa
ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan
berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya,
vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan
Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa
ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena
Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama
dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa
pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu
Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan
150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare
part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir
tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai
sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane
Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi
Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo
diorder untuk Indonesia.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren
dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu
Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali
diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963,
yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah
tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa
langsung dari Itali.
Ciri khas Vespa Congo :
1. Spakboard bulat tidak ada sambungannya seperti vespa umumnya.
2. Ring (pelek/teromol) 10 inchi.
3. Punya tonjolan seperti tombol/saklar di sambungan koplingnya (posisi setang sebelah kiri).
4. Spidometer kotak & agak besar (berbeda dengan spidometer VNA/VNB).
5. Ada lambang garuda di body depan sebelah kiri (sekarang jarang yang ada).
6. Di atas spidometer ada lampu kecil seperti lampu cabe.
7. Nomor mesin diawali dengan kode VGLB.
8. Pada BPKB tercantum tulisan ex Brigade Garuda III.